Kumpulan puisi jalaludin rumi
"Judul puisi atas kehendak nya"
By:rumi
Telah panjang-lebar kita berbicara,
tetapi sungguh penyiapan diri kita
untuk menempuh jalan yang membentang di depan
tidaklah cukup tiada sedikit pun mencukupi
tanpa kehendak Allah.Tanpa kehendak Allah
dan mereka yang dipilih-Nya,
siapa pun diri kita,
lembaran kita tetaplah hitam.
Yaa Allah,
kelimpahan-Mu memenuhi setiap kebutuhan,
tidaklah diizinkan untuk menyebutkan
sesuatu pun di sisi-Mu.
Alangkah berlimpahnya
petunjuk yang telah Kau anugerahkan
selama ini telah Engkau tutupi
begitu banyak aib dan cacat-cela kami.
Karena setitik pengetahuan
yang telah Engkau berikan sebelum kami disini
sampai kini rindu kami bersatu dengan lautan-Mu.
Setitik pengetahuan yang berada di dalam jiwa kami ini
bebaskan dia dari syahwat dan kungkungan tanah-liat ini.
Sebelum tanah-liat ini menghirupnya-habis,
sebelum angin ini menyapunya.
Sungguhpun, ketika dia tertiup jauh,
Engkau dapat meraihnya kembali, dan memulihkannya.
Setitik air yang telah menguap di udara
atau tertumpah ke tanah kapankah dia keluar
dari perbendaharaan-Mu,
wahai yang Maha-Menguasai.
Jika dia telah beranjak memasuki ketiadaan
atau seratus ketiadaan segera dia bergegas kembali
jika Engkau memanggilnya.
Ratusan ribu pihak telah saling membunuh satu sama lain
Seruanmu membangkitkan kembali mereka dari ketiadaan.
Yaa Rabb,
karavan demi karavan melesat terus-menerus
dari ketiadaan menuju keberadaan.
Setiap malam,
semua pemikiran dan pemahaman menjadi kosong,
mencebur ke Laut yang dalam
Lalu, ketika fajar merekah,
mereka yang Ilahiah itu menyembulkan kepala dari Laut,
bagaikan ikan.
Ketika musim gugur tiba,
tak-terhitung cabang-ranting dan dedaunan membusuk
ke dalam lautan Kematian.
Sementara di taman,
burung gagak bergaun hitam-pekat,
bagaikan pelayat yang meratapi gugurnya tanam-tanaman.
Lalu, dari Sang Penguasa datang perintah kepada ketiadaan
“Kembalikan apa yang telah engkau telan
Wahai Kematian yang hitam,
kembalikanlah tanaman, bunga-bunga, dedaunan
dan rerumputan yang telah engkau telan!”
Wahai saudaraku,
kumpulkanlah kecerdasanmu dan pertimbangkanlah
dari saat ke saat, terus-menerus beredar musim gugur
dan musim semi di dalam dirimu.
Pandanglah taman qalb
hijau dan berembun dan segar,
penuh kuntum mawar, cemara dan melati
Ranting-dahan tersembunyi lebatnya dedaunan,
padang yang luas dan istana yang tinggi,
tersembunyi oleh lebatnya bunga-bunga.
Kata-kata ini bersumber dari Akal Sejati,
bagaikan wanginya bunga-bunga, cemara dan bakung itu.
Apakah engkau bisa mencium wanginya mawar,
sementara kuntumnya tiada
Apakah bisa engkau memandang busanya anggur,
sementara anggurnya tiada
Wewangian itu adalah panduan
yang membimbingmu berjalan
itu akan membawamu ke Jannah dan Kautsar.
Wewangian adalah obat untuk mata yang buta
dia adalah pemantik cahaya
mata Jakub terbuka oleh suatu wewangian.
Bau-busuk menggelapkan mata
wanginya Jusuf menyembuhkannya.
Engkau bukanlah seorang Jusuf
karenanya, jadilah seperti Jakub
bersikaplah bagaikan beliau,
akrabilah linangan air-mata dan kesedihan mendalam.
Dengarlah nasehat dari Hakim Sana’i ini,
agar terasa kesegaran di raga rentamu:
“Kehinaan memerlukan sebuah wajah bagaikan mawar;
jika tidak engkau miliki wajah seperti itu,
janganlah engkau beredar kesana-kemari sambil marah.
Akhlak rendah adalah kehinaan dalam wajah yang buruk,
kepiluan adalah sakit-mata di mata yang buta.”
Pada kehadiran Jusuf jangan biarkan dirimu menyombong
dan berlagak seakan dirimu cantik
tiada lain yang perlu engkau tawarkan kecuali permohonan
dan rintihan seorang Jakub.
Makna dari kematian,
sebagaimana disampaikan oleh sang burung beo,
adalah memohon dengan merendahkan diri
matikanlah dirimu-sendiri dalam permohonan ampun
dan kefakiran jiwamu,
Sehingga hembusan Isa dapat menghidupkanmu-kembali,
dan membuatmu cantik dan dirahmati,
sebagaimana sejatinya dirimu.
Bagaimanakah sebongkah batu
dapat tertutupi oleh limpahan kehijauan musim Semi
Jadilah tanah, sehingga dapat engkau mekarkan
beragam bunga aneka warna.
Telah bertahun-tahun engkau bagaikan batu yang tajam
cobalah sesuatu yang segar
serahkanlah dirimu, jadilah seperti tanah.
Demikian puisi jalaludin rumi semoga bisa di ambil hikmahnya
Sumber :Rumi
No comments:
Post a Comment
(HAPPY BLOGGING)