Mari Kita Berangkat
Thursday
Mari Kita Berangkat
by:rumi
Wahai para pecinta, bangkitlah
Saatnya kita terbang ke langit,
cukup sudah kita tinggal di alam ini,
saatnya bertolak ke sana.
Sungguhpun indah sangat
ke dua taman ini,
kita lewati saja,
bergerak menuju ke Sang Tukang Kebun.
Mari teguhkan ruku kita ke arah Laut,
layaknya arus deras,
mari kita tunggang gelombang,
melaju di permukaan sang Laut.
Mari kita berangkat,
dari pemukiman penuh kesedihan ini,
menuju pesta pernikahan;
mari ubah wajah kita,
dari pucat-pasi,
menjadi segar merona.
Hati kita keras berdegup,
gemetar bagai daun dan ranting kecil
yang takut jatuh tercampak;
mari mencari suaka
di Wilayah Terlindung.
Tak mungkin mengelak dari kesakitan,
selama kita dalam pengungsian,
tak mungkin mengelak dari debu,
selama kita tinggal di padang pasir.
Bagai burung surgawi bersayap hijau,
dan berparuh tajam,
mari kita jadi pengumpul gula,
bercengkerama di kebun tebu.
Terkurung kita oleh bentuk-bentuk,
ciptaan Sang Pencipta tak-berbentuk,
Sudah puas kita dengan semua bentuk ini,
mari menuju Dia yang tanpa padanan.
Bentuk-bentuk ini adalah tanda-tanda
dari Sang Pembentuk tanpa-tanda;
tersembunyi dari pandangan iblis,
mari, kita menuju kepada yang tak-bertanda.
Di jalan penuh ujian ini,
Cinta adalah sang pemandu,
menuntun gerak maju kita.
Bahkan jika ada seorang raja
menawarkan perlindungan,
lebih selamat kita menempuh jalan
dalam jama'ah.
Kita bagaikan air yang menetes
dari atap yang bocor,
mari kita memancar dari atap bocor itu
dan mengalir melalui saluran-air.
Kita melengkung bagai busur-panah,
karena tali-busur itu
berada di tenggorokan kita sendiri,
ketika kita telah menjadi lurus,
maka kita akan melesat,
bagai anak-panah terlepas dari busurnya.
Meringkuk kita bagai tikus dalam lubang,
gemetar takut pada kucing;
jika kita anak-singa,
tentu kita menghampiri induk-singa.
Mari berjuang
agar jiwa kita sejernih cermin
yang merindukan bayangan sesosok Yusuf;
mari menghampir kepada keindahan Yusuf
seraya membawa sebuah hadiah.
Sekarang, mari kita diam,
agar Sang Pemberi Perkataan
yang mengatakan semua ini;
bersama sabda-Nya,
mari kita berangkat.
Sumber:Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz
by:rumi
Wahai para pecinta, bangkitlah
Saatnya kita terbang ke langit,
cukup sudah kita tinggal di alam ini,
saatnya bertolak ke sana.
Sungguhpun indah sangat
ke dua taman ini,
kita lewati saja,
bergerak menuju ke Sang Tukang Kebun.
Mari teguhkan ruku kita ke arah Laut,
layaknya arus deras,
mari kita tunggang gelombang,
melaju di permukaan sang Laut.
Mari kita berangkat,
dari pemukiman penuh kesedihan ini,
menuju pesta pernikahan;
mari ubah wajah kita,
dari pucat-pasi,
menjadi segar merona.
Hati kita keras berdegup,
gemetar bagai daun dan ranting kecil
yang takut jatuh tercampak;
mari mencari suaka
di Wilayah Terlindung.
Tak mungkin mengelak dari kesakitan,
selama kita dalam pengungsian,
tak mungkin mengelak dari debu,
selama kita tinggal di padang pasir.
Bagai burung surgawi bersayap hijau,
dan berparuh tajam,
mari kita jadi pengumpul gula,
bercengkerama di kebun tebu.
Terkurung kita oleh bentuk-bentuk,
ciptaan Sang Pencipta tak-berbentuk,
Sudah puas kita dengan semua bentuk ini,
mari menuju Dia yang tanpa padanan.
Bentuk-bentuk ini adalah tanda-tanda
dari Sang Pembentuk tanpa-tanda;
tersembunyi dari pandangan iblis,
mari, kita menuju kepada yang tak-bertanda.
Di jalan penuh ujian ini,
Cinta adalah sang pemandu,
menuntun gerak maju kita.
Bahkan jika ada seorang raja
menawarkan perlindungan,
lebih selamat kita menempuh jalan
dalam jama'ah.
Kita bagaikan air yang menetes
dari atap yang bocor,
mari kita memancar dari atap bocor itu
dan mengalir melalui saluran-air.
Kita melengkung bagai busur-panah,
karena tali-busur itu
berada di tenggorokan kita sendiri,
ketika kita telah menjadi lurus,
maka kita akan melesat,
bagai anak-panah terlepas dari busurnya.
Meringkuk kita bagai tikus dalam lubang,
gemetar takut pada kucing;
jika kita anak-singa,
tentu kita menghampiri induk-singa.
Mari berjuang
agar jiwa kita sejernih cermin
yang merindukan bayangan sesosok Yusuf;
mari menghampir kepada keindahan Yusuf
seraya membawa sebuah hadiah.
Sekarang, mari kita diam,
agar Sang Pemberi Perkataan
yang mengatakan semua ini;
bersama sabda-Nya,
mari kita berangkat.
Sumber:Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz